Al-Qur'anAl-Qur'anTafsir al-Qur'anAsbab-un-NuzulAdab al-Qur'anIlmu TajwidUcapan & Syair Ttg al-Qur'anHaditsHaditsBuku2 Ttg Ilmu-ilmu HaditsKumpulan Kitab HaditsKumpulan Kitab Hadits QudsiKumpulan Kitab 40 HaditsKumpulan Kitab 40 Hadits SufistikKumpulan Hadits AhlulbaitKumpulan Hadits AhlulbaitKumpulan Kitab Hadits AhlulbaitAqidahAqidahBuku-buku Aqidah ASWAJABuku-buku Aqidah ASWAJABuku-buku UshuluddinBuku-buku Aqidah Syi'ahBuku-buku Aqidah WahhabiFikihFikihKitab-kitab FikihKitab-kitab Ushul FikihTentang ShalatTentang PuasaTashawwufTashawwufTentang TashawwufTentang ThariqahTentang Asma'-ul-HusnaTentang AmalTentang IkhlashTentang HatiTentang MimpiTentang ash-Shidq KejujuranTentang al-HilmAl-HikamAl-HikamKumpulan Syarah al-Hikam 'Atha'iyyahDzikirDzikirBab2 Dari Buku2 Tentang DzikirUcapan & Syair-syair Tentang DzikirIlmuIlmuBab2 Dari Buku2 Tentang IlmuUcapan & Syair-syair Tentang IlmuBahasa ArabBahasa ArabKumpulan Buku2 Ilmu NahwuKumpulan Buku2 Ilmu NahwuNahwu SufiKumpulan Buku2 Ilmu SharafKumpulan Buku2 Ilmu BalaghahIslam AmIslam AmTentang Birr-ul-WalidainTentang MaulidTentang MaulidTentang ShalawatTentang Isra' Mi'rajTentang Jinn, Iblis & SyaithanTentang RezekiTentang DoaTentang Syafa'atSejarahSejarahSejarah Para NabiSejarah NabiSejarah Keluarga NabiSejarah Para SahabatSejarah Para SahabiyyahSejarah Para Tabi'inSejarah Para Syaikh SufiSejarah Para Imam ASWAJAPustakaPustakaTafsir al-Qur'anIslam Am
Kumpulanhadits shahih tentang makanan yang halal dan baik serta bergizi, makanan seperti apa yang boleh dimakan atau dikonsumsi dalam Islam, ini dia. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati dan limpa." [Shahih. Lihat takhrijnya dalam Al-Furqan hal 27 edisi 4/Th.11]
"Saad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw., 'Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?' Nabi saw. menjawab, 'Para nabi, kemudian yang menyerupai mereka, dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis lemah, dia diuji sesuai dengan itu ringan; dan bila imannya kokoh, dia diuji sesuai itu keras. Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa’" HR. Bukhari. Penyajiandata dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh informasi tentang bagaimana upaya yang dilekukan guru BK untuk menumbuhkan motivasi belajar siswanya. c. Penarikan Kesimpulan Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus penelitian.- Ada sebuah hadits pendek yang cukup familiar di telinga kita. Meskipun hadits ini pendek, namun memiliki banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Hadits tentang pentingnya hati-hati dalam bertindak. Bersikap hati-hati dalam segala hal adalah sikap orang-orang beriman. Rosulullah saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik وعن أنس بن مالك رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم التَّأنِّي مِن الله، والعَجَلة مِن الشَّيطان حسنه الألبانى فى صحيح الجامع “Sikap berhati-hati itu dari Allah dan sikap tergesa-gesa itu dari setan." Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas bin Malik ra. Penilaian Terhadap Hadits Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah 1795 Sekilas Penjelasan Hadits Islam menyerukan agar kita senantiasa bersikap hati-hati dan waspada dalam segala urusan, melakukan pengamatan yang seksama dan pertimbangan yang tepat sebelum memutuskan berbagai perkara penting dalam kehidupan kita, dan melakukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan apa yang menjadi keinginan dan tekad kita. Jangan sampai kita memutuskan perkara atau melakukan suatu hal dengan tergesa-gesa sehingga hasilnya kurang maksimal, bahkan menimbulkan dampak buruk yang sangat fatal. Karenanya, dalam hadits ini Rasulullah saw. menegaskan bahwa sikap hati-hati dan waspada datangnya dari Allah dan sikap tergesa-gesa datangnya dari setan. Mengapa Sikap Berhati-Hati Disandarkan kepada Allah? Hal ini berarti bahwa sikap berhati-hati dan waspada datangnya memang dari Allah Ta'ala. Di samping itu, sebagai isyarat bahwa sikap berhati-hati merupakan suatu kebaikan, faktor yang mengantarkannya adalah kebaikan, dan buah yang dihasilkan juga kebaikan. Karena sebagaimana dimaklumi kita hanya boleh menyandarkan kepada Allah hal-hal yang baik dan bukan perkara yang buruk, sebagai etika kita terhadap-Nya. Faktor-faktor yang mengantarkan pada sikap berhati-hati Ada dua faktor penting yang mengantarkan kita kepada sikap berhati-hati 1. Pemahaman yang mendalam Sikap hati-hati dan tidak tergesa-gesa hanya bisa diwujudkan oleh orang yang memiliki pemahaman luas tentang syariat. Misalnya, untuk menghilangkan tradisi minum minuman keras dan memakan harta riba, Islam membutuhkan pentahapan sehingga benar-benar berhasil menghilangkannya dari masyarakat muslim. Memiliki pemahaman luas tentang strategi dan taktik musuh-musuh Islam dalam memerangi Islam. Mereka menggunakan aneka cara licik dan terselubung, sehingga kita mesti lebih hati-hati dan waspada penuh. Memiliki pemahaman mendalam terhadap sunnatullah di alam semesta ini, karena tidak ada pencapaian yang besar melainkan harus melalui tahap dan proses yang panjang. Pemahaman terhadap semua ini akan melahirkan sikap hati-hati dan waspada dalam menentukan setiap langkah. 2. Kesabaran yang paripurna Sikap hati-hati dan tidak tergesa-gesa bisa diwujudkan oleh orang yang memiliki kesabaran paripurna dalam menghadapi segala masalah. Orang yang tidak bersabar akan bersikap dan bertindak tergesa-gesa sehingga mengakibatkan kerugian, kegagalan dan kebinasaan. Karenanya, Allah memerintahkan Rasul dan para shahabat untuk tetap bersabar dalam menghadapi gangguan kaum musyrik di masa-masa awal perjuangan Islam. FirmanNya, ”Bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." Al-Muzzammil 10 Buah dan manfaat sikap berhati-hati Sikap waspada dan hati-Hati dalam mengelola semua urusan akan mendatangkan berbagai manfaat yang besar di antaranya adalah 1. Meraih kecintaan Allah dan Rasul-Nya Rasulullah saw. bersabda kepada Asyja' bin Qais, "Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya; yaitu santun dan kehati-hatian.” HR. Tirmidzi 2. Meraih kebaikan dalam setiap urusan yang kita laksanakan Sebab bila kita mengerjakan setiap urusan dengan cermat dan hati-hati, maka kita akan bisa meraih mahfaat yang lebih besar dan menghindarkan diri dari hal-hal yang merugikan dan membahayakan. Rasulullah saw. bersabda, ”Sikap pelan-pelan dan hati-hati dalam segala urusan adalah suatu kebaikan, kecuali dalam beramal untuk akhirat. ” HR. Abu Dawud 3. Mewujudkan keselarasan dengan fitrah agama Sehingga kita bisa lebih maksimal dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang mengantarkan kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah saw. bersabda, "'Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada seorang pun yang bersikap ekstrim terhadapnya melainkan ia akan kalah. Oleh karena itu, amalkanlah agama ini dengan tepat, amalkanlah dengan seimbang, berbahagialah, dan jadikan ibadah di waktu pagi, waktu sore, dan akhir malam sebagai penolongmu." HR. Bukhari Hadits ini mengajarkan bahwa untuk merealisasikan keselarasan dalam menjalankan agama, kita harus melakukannya secara bertahap dan tidak boleh tergesa-gesa, serta mendayagunakan seluruh potensi jiwa, tenaga dan waktu kita untuk merealisasikan keselarasan ini. 4. Meraih kemuliaan, meminimalisir lawan, dan merealisasikan berbagai sifat kebaikan yang diwariskan oleh para nabi. Rasulullah saw. bersabda, ”Bersikap hati-hati, berhemat, dan berpenampilan yang baik adalah salah satu bagian dari 24 bagian kenabian.” HR. Thabrani Mengapa Sikap Tergesa-Gesa Disandarkan kepada Setan? Hal ini berarti bahwa sikap tergesa-gesa datangnya memang dari setan. Di samping itu, sebagai isyarat bahwa sikap tergesa-gesa merupakan suatu keburukan, faktor yang menyebabkannya adalah keburukan, dan dampak yang diakibatkannya juga keburukan A. Faktor-faktor yang menyebabkan sikap tergesa-gesa Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang bertindak tergesa-gesa serta kurang berhati-thati dan waspada, di antaranya adalah 1. Dorongan nafsu Apabila seseorang tidak berusaha mengendalikan nafsunya dengan akal sehat, serta tidak mengekang gejolak syahwatnya dengan takwa kepada Allah, maka ia pasti akan bersikap dan bertindak secara tergesa-gesa. Karena tergesa-gesa adalah tabiat dan sifat dasar manusia. Firman-Nya, ”Manusia diciptakan bertabiat tergesa-gesa." Al-Anbiya' 37 2. Tabiat waktu Kita sekarang ini hidup di zaman yang serba cepat dan instan. Rumah yang kemarin baru saja dibangun esok harinya sudah bisa kita tempati. Dua tempat yang berjauhan dan dipisahkan oleh bentangan samudera dan benua bisa ditempuh dalam waktu yang relatif singkat berkat kemajuan teknologi. Semua ini bisa jadi mempengaruhi seseorang untuk bertindak tergesa-gesa dalam memutuskan dan melakukan segala hal. 3. Kejahilan atau kecerdasan emosional yang rendah Kejahilan seseorang akan mendorongnya bertindak tergesa-gesa dan rendahnya kecerdasan embsional yang dimiliki akan mendorongnya untuk meraih segala hal yang diinginkan dengan segera tanpa memperhitungkan resiko dan akibat buruknya. 4. Ketiadaan agenda yang jelas dan program yang matang Tanpa agenda yang jelas untuk mendayagunakan potensi yang ada sehingga hidupnya kacau dan tidak tertata rapi. Akibatnya, ia melakukan apa saja yang ingin dilakukannya tanpa memperhitungkan resiko dan dampak negatifnya, dan meraih apa saja yang ingin diraihnya tanpa mempedulikan proses dan tahapan yang semestinya dilewati. 5. Keengganan bercermin kepada orang yang lebih mengerti dan lebih berpengalaman Seringkali sikap ini menyebabkan seseorang bertindak tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam segala hal. Karena ia hanya mengandalkan pemikiran dan pertimbangan pribadinya serta tidak mau berkonsultasi kepada para ahli yang berpengalaman dalam melakukan segala hal. Akibatnya, ia bertindak serampangan dan tanpa perhitungan matang karena keterbatasan wawasan dan pengetahuannya mengenai apa yang sedang dihadapinya. 6. Melupakan sunnatullah di alam semesta Semua peristiwa yang ada di alam semesta ini berjalan melalui tahapan dan proses yang berkesinambungan. Ketika ingin mewujudkan sesuatu, maka sudah seharusnya mewujudkan tahapan dan proses yang mengantarkannya. Karena kita tidak bisa mewujudkan sesuatu dengan meninggalkan tahapan dan proses yang mesti dilewatinya. Apabila tergesa-gesa dalam mewujudkan sesuatu tanpa melalui proses dan tahapan yang semestinya, maka seseorang pasti akan mengalami kegagalan dan kekalahan.
pengertiankonsep,dalil tentang istidraj,dalil hadist qudsi hukuman yang disegerakan,berita kenabian rasulullah dalam kita suci agama lain,al-qur'an sebagai sumber sains dan teknologi,pengertian dan orang-orang salafussalih. Rohadatul Aini, 2021. Rohadatul ainny. Download Download PDF.
KUMPULAN HADITS TENTANG ZAKAT = Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah melewati satu tahun, maka zakatnya 5 dirham. Tidak wajib atasmu zakat kecuali engkau memiliki 20 dinar dan telah melewati setahun, maka zakatnya 1/2 dinar. Jika lebih dari itu, maka zakatnya menurut Ol1s.